Rabu, 25 November 2009

Cerpen - Tresno

Tresno

Hari ini tanggal 5 februari. Seperti biasa, aku beranjak dari tempat tidurku yang sangat nyaman. Meskipun tempat tidurku hanya terbuat dari kayu murahan dan kasur yang juga murahan. Pagi ini tak seperti biasanya, kurasakan dingin menjalar di sekujur tubuhku. Rasanya seperti minum es dikutub utara pada malam hari. Ternyata semalam aku tidur telanjang bulat. Tak sehelai benangpun melekat pada tubuhku yang onepack ini. Semalam aku menngigo. Bodohnya diriku ini. Dapatkah kau membayangkanya? Apa jadinya bila nikita wili melihatku tidur telanjang tanpa sehelai benangpun?

Setelah aku melongo dengan apa yang telah terjadi padaku. Aku segera bergegas menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim yang taat dan sesuai amalan pancasila sila kesatu “ketuhanan yang maha esa”. Yang diberikan Allah kepada nabi kita tercinta, Nabi Muhammad SAW. Melalui keajaiban yang sangat luar biasa. Yaitu solat lima waktu, yang kulaksanakan ialah solat subuh. Yang terdiri dari dua rakaat. Setelah selesai, kuambil langkah seribu tuk menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajiban kita lagi, yaitu mandi. Karna kebersihan adala sebagian dari iman. Dan tertera dalam tujuh sapta pesona.

“byur, byur”, terdengar gemericik air.

“klontang klontang”, bunyi gayung jatuh.

“gedebug gedebug”, aku terpeleset.

Selesai mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Tak lupa aku mengisi perut untuk berlangsung hidup. Menunya tak jauh beda dari hari-hari biasa. Hanya ada tiga pilihan :

1. Nasi dan lauk kemarin

2. Nasi goreng olahan dari sisa nasi kemarin

3. Kalau tak ada duaduanya berarti mie

Itulah alasan mengapa generasi muda tidak dapat menjadi harapan bangsa yang sesuai GBHN. Kurangya faktor kesinambungan antara pasokan nutrient dengan rutinitas yang menggebu-gebu. Mungkin itu juga yang menyebabkan Indonesia betah sebagai negara berkembang. Tapi alasan utama dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan di depan khalayak adalah karena takdir, TAKDIR.

Setelah itu aku memakai pakaian dinasku, yaitu baju putih dengan bed osis kotak coklat dan celana abu-abu yang bolong disana sini (abu-abu apa biru muda ya?). Tak lupa kupakai boxer tercintaku, yang membuatku merasa anak gaul purwokerto yaitu boxer bergambar spongebob. Jam di dinding sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Jam di tangan menunjukan pukul setengah tujuh lewat 5 menit. Dan jam di henpon menunjukan pukul tujuh kurang dua puluh sembilan menit. Kemudian kustarter pespa bututku yang bernomor polisi R 6689 BA. Sebelum kuberanjak semeter, atau tepatnya baru beranjak 87,9 cm dari rumahku tercinta, terdengar suara yang merdu dan seksi.

“sayang, sayang”, suara ibuku yang penuh kasih sayang.

“ada apa gerangan ibunda tercinta”, tanyaku dengan lembut.

Dalam pikiranku terbesit pastilah pasti ibunda tercinta akan menambah uang sakuku. Tapi untung tak dapat diraih, malang ada di jawa timur.

“bajumu terbalik”, terdengar suara seksi ibuku yang aduhai.

Setelah itu kupacu pespaku melesat kencang menembus kemacetan lalulintas Kota Purwokerto yang semrawut. Pespaku meluncur secara gerak bebas berubah beraturan dan dengan waktu yang kontinuitas.

Jam tujuh lewat semenit sepuluh detik aku tiba di sekolah. Kuberlari menyongsong kedalam kelasku. Langsung kuambil LKS teman untuk kucontek. Aku bersekolah di SMA 1 Purwokerto dan terdaftar sebagai murid dengan nama Ibnu Fauzan. Aku kelas X-3 absen 20, NIS 16209. Aku adalah murid biasa. Tak menonjol dalam berbagai bidang pelajaran. Hanya terkadang bisa menonjol. Sekolahpun terasa membosankan. Tapi itu dulu, sekarang sekolah sangat menyenangkan bagiku. Tak ingin kulewatkan sedetikpun beranjak dari sekolahku tercinta. Ya, aku sedang kasmaran. Dengan anak X-6 yang bernama ita.

Suatu hari kurasakan kepenatan dalam kelas, kurasakan bosan yang teramat. Bete bete ah. Ingin rasanya segera istirahat tuk menemui pujaan hatiku, bidadariku, cahaya hidupku, belahan jiwaku, tempatku beradu kasih, Ita. Aku sekarang tak konsen pada pelajaran. Yang terpikir dalam benakku hanya ita. Mau tidur ingat ita, mau mandi ingat ita, mau makan ingat ita. Baru menyebrang jalan ingat yang di atas. Karena pertemuanku dengan ita membuat perubahan yang sangat dalam hidupku. Aku yang dulunya lelaki macho yang tidak mengenal parfum, handbody, dan sisiran ini. Karena melihat ita aku menjadi lelaki macho yang mengenal parfum, handbody, dan sisiran.

Hari ini tanggal 14 februari atau orang orang yang telah dimabuk kepayang karena cinta menyebutnya “Hari Valentine”. Termasuk juga aku. Siang ini, jam 9.15 pagi lewat 15 detik. Kuberanikan diri untuk memberikan sebatang coklat yang bertuliskan coki-coki kepada sang juwita hatiku, ita. Menjelang hampir sampai kelas ita hatiku tak karuan, jantungku serasa tak mau berkontraksi, usus dua belas jariku serasa tersumbat biji duran. Tapi demi cinta kuberanikan diriku untuk memberikan coklat yang seharga Rp 400,00 ini. Lalu kudekati ita yang sedang duduk bersma teman-temanya.

“Ta, ni coklat untukmu. Met valentine ya?”, tanyaku dengan suara yang kubuat sehalus mungkin agar dia terasa melayang mendengar suaraku.

Sepuluh detik telah berlalu, tak ada jawaban. Suasana sunyi senyap seperti di kuburan jam duabelas malam. Hamper semenit berlalu, kini suasana seperti di kuburan jam satu pagi. Sungguh menegangkan. Akhirnya aku keluar dari kelas X-6 tanpa bias kukeluarkan sepatah katapun.

Esoknya aku dilema, mau menyatakan cinta kepada ita atau tidak. Di dalam hatiku yang polos ini setan dan malaikat terasa sedang bertengkar. Setan bersikeras supaya aku menenmbak ita. Ini juga salah satu melemahnya harapan bangsa. Sedangkan malaikat seakan berbicara dengan suara yang sangat lembut dangan intonasi yang menggairahkan tuk didengar dengan memakai nada 4/4 supaya aku tidak menembak ita, karena waktu SMP aku sudah ditolak oleh dua bidadari. Malaikat juga menceramahiku bahwa aku bukan muhrim dengan ita. Sebenarnya aku ingin sekali menyatakan cinta kepada bidadari kecilku ini. Tapi tidak tahu mengapa aku malah menuruti perkataan malaikat supaya tidak menembak ita.

Beberapa hari kemudian aku sepakat telah berkompromi dengan setan dan malaikat yang ada dalam hatiku ini untuk tidak menembak ita terlebih dahuli. Aku ingin mencerahkan masa depanku terlebih dahulu. Karena setiap orang pasti menyesal dengan apa yang telah dilakukanya pada waktu lampau. Aku ingin dalam hidupku tidak menyesal dengan apa yang telah aku kerjakan sebelumnya. Maka mulai saat ini aku berusah untuk menghabiskan waktu dengan sebaik mungkin. Cinta memang suatu hal yang sanagat membingungkan, seperti halnya matematik.

The end

Penulis : Ibnu Fauzan

Disadur tanpa perubahan sedikitpun dari tugas cerpen kelas sepulu3 sma1 purwokerto

4 komentar: