Jumat, 13 November 2009

Nasionalisme - 1

MELANGKAH MELALUI PENDIDIKAN

Indonesia adalah negara yang kaya. Indonesia memiliki banyak ragam budaya dan sumber daya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Namun, nampaknya kini menjadi lebih tepat jika paragraf di atas diawali dengan kata “Seharusnya”. Kemudian, kalimat selanjutnya diawali dengan kata “Percuma”.

Penyebab paling utama adalah korupsi merajalela. Bahkan, kabarnya korupsi telah meracuni para wakil rakyat, sang Pemegang Amanat Rakyat, juga kepolisian dan kejaksaan, sang Penegak Keadilan. Lantas, kepada siapa rakyat harus berpegang jika Pemerintah pun tak dapat dipercaya?

Sungguh, moral bangsa sudah nyaris tak ada. Mungkin moral bangsa telah habis, jatuh bersama peluh dan darah saat kita melawan para penjajah. Atau mungkin lenyap karena tertekan saat berada dalam cengkraman penguasa diktator. Yang jelas, kita harus menumbuhkan segera moral bangsa supaya Indonesia sanggup menjadi negara yang bermartabat.

Akhir-akhir ini Indonesia nampaknya mulai sedikit melupakan masalah pendidikan. Pendidikan kalah pamor dari ekonomi yang dianggap masalah utama saat ini. Padahal, keduanya saling menunjang satu sama lain. Keduanya juga tertulis dengan jelas dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan termasuk sebagai tujuan negara Indonesia, yakni “…memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”.

Andai pun ingat, Indonesia nampaknya tetap melupakan satu hal penting dari pendidikan. Hal tersebut adalah pendidikan akhlak dan budi pekerti luhur. Sebuah pendidikan yang sejatinya sama penting dan bernilai dengan pembelajaran tentang materi-materi mata pelajaran. Bukankah seseorang bisa sukses jika ia berilmu dan bisa memanfaatkan ilmunya semaksimal mungkin dengan balutan budi pekerti luhur serta akhlak mulia.

Mari kita tengok bersama. Banyak orang miskin di Indonesia. Parahnya, banyak di antara mereka yang tidak dapat meninggalkan batas kemiskinan karena mental mereka telah hancur. Mereka lebih memilih menunggu bantuan dari pemerintah atau orang lain. Bahkan, anehnya lagi, orang-orang yang bisa dianggap berkecukupan pun berlomba-lomba untuk mendapatkan status miskin. Apa pun dilakukan demi makanan. Itu lah Indonesia. Indonesia bermental pengemis. Indonesia baru berpikir cara mendapatkan makanan (terutama secara gratis) saat negara-negara lain memikirkan cara membuat makanan secara mandiri.

Sudah saatnya Indonesia bangkit. Dimulai dari pendidikan. Pendidikan dari jenjang yang paling rendah. Dengan pendidikan yang berkualitas, Indonesia akan memiliki pemuda-pemudi yang memiliki visi, yaitu memajukan bangsa ini. Sehingga, suatu saat nanti yang ada di Indonesia hanyalah orang-orang yang siap berjuang untuk negaranya tercinta, bukan orang-orang yang hanya bisa menjadi beban negara.


ditulis oleh : Hanif Ilmawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar