KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu mengintegrasikan atau mengkombinasikan TIK ke dalam KBM.
Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran ke dalam empat tahap sebagai berikut:
► Tahap emerging, yaitu baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya.
► Tahap applying, yaitu satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran).
► Pada tahap integrating, yaitu TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran).
► Tahap transforming yaitu merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun untuk administrasi (administrational purpose). Tahap ini merupakan tahap Kegiatan Belajar Mengajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang penulis harapkan.
Beberapa manfaat penerapan TIK bagi bidang pendidikan di Indonesia adalah:
1. Kemudahan mengakses perpustakaan dunia maya,
2. Akses Pakar,
3. Beberapa kegiatan sekolah dilakukan secara online bila memungkinkan,
4. Tersedianya layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan,
5. Tersedianya fasilitas mesin pencari data,
6. Tersedianya fasilitas diskusi,
7. Tersedianya fasilitas direktori alumni dan sekolah,
8. Tersedianya fasilitas kerjasama,
9. Memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E- Learning),
10. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi,
11. Menciptakan generasi penerus yang unggul dalam bidang TIK.
Sebagai media pendidikan komunikasi dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.
Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet, Disebut juga dengan e-learning.
Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Pihak yang berperan dalam mewujudkan KBM berbasis TIK yaitu:
A. SEKOLAH
Banyak sekolah sudah mulai menampilkan fasilitas TIK sebagai nilai jual. Hal-hal pendukung yang diperlukan untuk terwujudnya KBM berbasis TIK yaitu:
a. Menjelaskan kepada seluruh staff mengenai keterampilan apa yang harus dimilikisiswa dalam menghadap abad 21.
b. Pelatihan yang berkelanjutan, serahkan pada pihak guru TIK sebagai orang yang akan melatih guru-guru yang lain
c. Dalam forum rapat atau evaluasi program, sempatkan adakan forum TIK . Sebuah ajang untuk berbagi kisah, keluh, dan kesah dalam penggunaan TIK.
B. GURU
Guru kelas sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan siswa mempunyai peran penting dalam pengintegrasian TIK. Guru kelas bisa menjadi contoh langsung atau role model bagi penggunaan perangkat TIK di sekolah. Inisiatif guru kelas untuk sering-sering berkonsultasi dengan guru TIK juga diperlukan. Dengan demikian guru TIK bisa membantu mewujudkan apa keinginan dari guru kelas dalam kaitannya dengan integrasi TIK ke dalam KBM. Selain itu, Guru TIK selayaknya mempunyai jam khusus setelah pulang sekolah secara rutin untuk melatih keterampilan serta menjadi teman dialog untuk semua guru kelas.
Untuk menciptakan proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:
[1] Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
[2] Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
[3] Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
[4] Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
[5] Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
[6] Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
[7] Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
[8] Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
[9] High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.).
Dengan terwujudnya kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi, peran guru dan siswa dalam pembelajaran akan berubah. Peran guru akan berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran akan mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan | Berpusat pada guru | Berpusat pada siswa |
Aktivitas kelas | Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis | Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif |
Peran guru | Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli | Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli |
Penekanan pengajaran | Mengingat fakta-fakta | Hubungan antara informasi dan temuan |
Konsep pengetahuan | Akumujlasi fakta secara kuantitas | Transformasi fakta-fakta |
Penampilan keberhasilan | Penilaian acuan norma | Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan |
Penilaian | Soal-soal pilihan berganda | Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan |
Penggunaan teknologi | Latihan dan praktek | Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi |
Sumber-sumber:
http://gurukreatif.wordpress.com
http://nasya.site90.com
http://polres.multiply.com
http://sudirmansmansa.wordpress.com
disusun oleh: Guge, Hanif, Rofik, Saktiyan, dan Tegar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar